Zeni D Ningrum

Change your words you will change your world !



Langit malam memang benar-benar istimewa. Entahlah aku selalu bisa mendapatkan ketenangan darinya. Walaupun tak berbintang sekalipun langit malam selalu bisa membuat tidur kita nyaman bukan. Mendamaikan. Aku bukan makhluk malam aku manusia yang seharusnya saat ini sedang tertidur pulas bersama jutaan manusia lain yang tengah memiliki malam. Namun, dalam hal ini aku sedikit berbeda.
Saat kebanyakan orang telah mengejar mimpi mereka. Saat tubuh-tubuh letih itu tergeletak mencoba sejenak melupakan masalah dan kepenatan yang ada, Saat itu malam menjadi milikku. Tentu saja itu hanya untuk dunia kecilku. Aku bukan Tuhan pemilik malam, aku manusia biasa bahkan mungkin dibawah biasa :D
Saat dunia kecilku terlelap, saat aku benar-benar sendiri. Aku justru bisa lebih memahami banyak hal yang tak bisa aku pahami sebelumnya. Mengapa ada kesendirian? Mengapa harus ada kediaman yang mencekam atau bahkan kebekuan yang mengeraskan jiwa? Jawaban itu hanya bisa aku dapatkan saat aku merasakan sendiri apa itu kesendirian, apa itu kediaman dan apa itu kebekuan.
Tentu saja bukan hal mudah untuk memahaminya. Kadang kala aku bahkan frustasi dan benar-benar ingin menghentikan semuanya. Marah...kecewa..dan banyak hal menyakitkan lainnya hingga aku bisa memahami suatu hal yang tadinya tak bisa aku pahami.
Kesendirian? Kediaman? Kebekuan? Itulah yang pernah aku rasakan hingga aku tiba di titik ini, di titik di mana hanya sebuah penerimaan yang tulus yang bisa mengalahkan tiga hal menyedihkan itu.
Tapi semua ini tak lepas tanpamu, kamu adalah kunci dari pemahaman yang luar biasa ini. Kenapa? Tentu saja karena kamu lah yang memberiku tiga hal menyedihkan tadi. Tanpa kamu aku takkan pernah merasakannya dan takkan bisa menulis tulisan ini.
Aku tak munafik sama sekali, ya hatiku benar-benar patah pada awalnya. Tapi kamu pasti tau, aku lebih suka berpura-pura tegar untuk itu semua. Untuk menghibur diri? Tidak. Hanya saja aku tak ingin ada banyak pertanyaan yang justru semakin membuat hatiku remuk.
Kamu tau berapa lama aku menangis setiap malam? Yah itu selama proses pencarianku dulu. Menyebalkan harus mengingatnya. Betapa bodohnya aku saat itu. Tapi Aku sama sekali tak menyalahkanmu bahkan aku berterima kasih padamu.
Saat kamu mungkin telah terlelap aku bahkan masih menunggu balasan dari pesan singkat yang aku kirimkan. Walaupun aku tau betul kamu takkan pernah membalasnya bahkan jika aku tetap terjaga sampai pagi. Aku tau betul bahwa semua yang aku lakukan hanya kamu balas dengan kedinginan. Tapi kalau aku menyerah saat itu aku takkan bisa menuliskan semua ini. Jadi aku lebih suka menangis sendiri dan berpura-pura semua baik-baik saja. Harusnya kamu menyadarinya entahlah mungkin kamu juga lebih suka berpura-pura sama sepertiku.
Kamu tau betapa sering aku memakimu? Menyebutmu bodoh..sekarang aku bahkan tertawa karena aku jauh lebih bodoh. Hingga akhirnya aku putuskan untuk berdamai saja dengan semuanya. Aku rasa itu akan memperpendek masalah. Aku hanya perlu menerima dan membiarkan semuanya berjalan apa adanya. Kan?
Kesendirian adalah guru yang mengajarkanku tentang arti sebuah ikatan. Entah sesederhana apapun ikatan itu jika aku tak bisa mengalahkan keegoisanku maka kesendirian adalah tempat yang mau tak mau harus aku tuju. Dari sini aku memahami satu hal bahwa setiap orang memiliki alasan untuk bertindak seperti itu, cobalah lihat dan perhatikan baik-baik. Pikirkan perasaan orang lain sebelum menghakiminya. Mungkin aku terluka oleh sikapmu tapi aku rasa jika aku yang ada di posisi itu aku akan melakukan hal yang sama. Saat aku benar-benar sendiri setiap malam aku mencari alasan kenapa kamu melakukan ini. Kamu memberiku jawaban lewat kediaman.
Kediaman adalah pelarian yang sempurna ketika aku telah merasa sendiri. Aku bisa mengartikan banyak hal melalui kediaman akankah itu positif atau negatif, semua tergantung apa yang aku pikirkan dan aku yakini. Kali ini logika dan hati harus bekerja keras untuk menemukan makna yang sesungguhnya.  Entahlah aku selalu merasa aku tak pantas menjadi seorang pendiam. Tapi kamu memberiku jawaban melalui sebuah kediaman. Jadi aku harus mengorbankan sedikit waktuku untuk berada dalam kediaman itu. Kamu benar-benar ingin agar aku mempercayaimu bukan? Agar aku bertindak sesuai keinginanku tanpa terpengaruh janji yang belum tentu bisa kamu penuhi. Kamu ingin melihat seperti apa reaksiku agar kamu tau seberapa kuatnya aku bertahan, Seberapa seriuskah aku akan ucapanku. Apa aku salah? Kamu benar-benar licik. Caramu mendewasakanku sungguh menyebalkan . Tapi itulah yang membuatku belajar satu hal lagi bahwa kediaman saja bisa menipu sedemikian rupa memberikan prasangka yang luar biasa dan membangkitkan musuh abadi dalam setiap ikatan yaitu salah paham. Kalau aku bahkan tak bisa mengerti dan memahami apa keyakinanku sendiri maka aku juga takkan bisa memahami arti kediamanmu dan berujung dengan salah paham. Kamu benar-benar mengajariku dengan serius Tuan. Seberapa inginnya kamu menjadikanku sesuai kriteriamu?
Kebekuan adalah hasil dari kesendirian dan kediaman yang benar-benar telah menemui titik putus asa. Sendiri dan hanya ditemani kediaman, kamu pikir apa yang akan terjadi? Tentu saja semuanya akan menjadi beku. Jiwa, hati bahkan pikiran. Hampa.  Aku pernah berada di titik ini, terdengar sedikit gila mungkin. Apa aku begitu frustasi karena ulahmu Tuan? Ya kurang lebih seperti itu. Aku benar-benar kecewa atau marah atau sakit entahlah. Dan aku tak tau harus menyalahkan diriku sendiri atau kamu. Tapi kebekuanku berakhir ketika mentari kembali bersinar. Karena aku memiliki senjata bernama sahabat. Aku rasa kamu meyakini bahwa senjataku itu mampu membantuku keluar dari kebekuan itu bahkan membantu ku untuk memahami tiga hal ini. Jadi kamu tak benar-benar mengurungku dalam kebekuan ya? Terimakasih untuk itu. Terima kasih untuk membuatku lebih menghargai dan mencintai orang-orang terdekatku.
Kurang lebihnya seperti itulah, ya siapapun berhak protes termasuk kamu Tuan. Ini hanya sebatas pemahaman pribadiku saja, hanya dari sudut pandangku saja. Kalian punya pemahan lain? Tentu saja. Setiap orang punya sudut pemahamannya sendiri. Untuk itulah adanya hati agar setidaknya kita bisa memaklumi sudut pemahaman orang lain dan menerimanya menjadi bagian dari mekanisme kehidupan kita, agar setidaknya logika kita yangegois ini bisa sedikit terkendali. Selamat pagi. Selamat tidur :p

0 komentar:

Posting Komentar