Langit malam memang benar-benar istimewa. Entahlah aku
selalu bisa mendapatkan ketenangan darinya. Walaupun tak berbintang sekalipun
langit malam selalu bisa membuat tidur kita nyaman bukan. Mendamaikan. Aku bukan
makhluk malam aku manusia yang seharusnya saat ini sedang tertidur pulas
bersama jutaan manusia lain yang tengah memiliki malam. Namun, dalam hal ini
aku sedikit berbeda.
Saat kebanyakan orang telah mengejar mimpi mereka. Saat tubuh-tubuh
letih itu tergeletak mencoba sejenak melupakan masalah dan kepenatan yang ada, Saat
itu malam menjadi milikku. Tentu saja itu hanya untuk dunia kecilku. Aku bukan
Tuhan pemilik malam, aku manusia biasa bahkan mungkin dibawah biasa :D
Saat dunia kecilku terlelap, saat aku benar-benar sendiri. Aku
justru bisa lebih memahami banyak hal yang tak bisa aku pahami sebelumnya. Mengapa
ada kesendirian? Mengapa harus ada kediaman yang mencekam atau bahkan kebekuan
yang mengeraskan jiwa? Jawaban itu hanya bisa aku dapatkan saat aku merasakan
sendiri apa itu kesendirian, apa itu kediaman dan apa itu kebekuan.
Tentu saja bukan hal mudah untuk memahaminya. Kadang kala
aku bahkan frustasi dan benar-benar ingin menghentikan semuanya. Marah...kecewa..dan
banyak hal menyakitkan lainnya hingga aku bisa memahami suatu hal yang tadinya
tak bisa aku pahami.
Kesendirian? Kediaman? Kebekuan? Itulah yang pernah aku
rasakan hingga aku tiba di titik ini, di titik di mana hanya sebuah penerimaan
yang tulus yang bisa mengalahkan tiga hal menyedihkan itu.
Tapi semua ini tak lepas tanpamu, kamu adalah kunci dari
pemahaman yang luar biasa ini. Kenapa? Tentu saja karena kamu lah yang
memberiku tiga hal menyedihkan tadi. Tanpa kamu aku takkan pernah merasakannya
dan takkan bisa menulis tulisan ini.
Aku tak munafik sama sekali, ya hatiku benar-benar patah
pada awalnya. Tapi kamu pasti tau, aku lebih suka berpura-pura tegar untuk itu
semua. Untuk menghibur diri? Tidak. Hanya saja aku tak ingin ada banyak
pertanyaan yang justru semakin membuat hatiku remuk.
Kamu tau berapa lama aku menangis setiap malam? Yah itu
selama proses pencarianku dulu. Menyebalkan harus mengingatnya. Betapa bodohnya
aku saat itu. Tapi Aku sama sekali tak menyalahkanmu bahkan aku berterima kasih
padamu.
Saat kamu mungkin telah terlelap aku bahkan masih menunggu
balasan dari pesan singkat yang aku kirimkan. Walaupun aku tau betul kamu
takkan pernah membalasnya bahkan jika aku tetap terjaga sampai pagi. Aku tau
betul bahwa semua yang aku lakukan hanya kamu balas dengan kedinginan. Tapi kalau
aku menyerah saat itu aku takkan bisa menuliskan semua ini. Jadi aku lebih suka
menangis sendiri dan berpura-pura semua baik-baik saja. Harusnya kamu
menyadarinya entahlah mungkin kamu juga lebih suka berpura-pura sama sepertiku.
Kamu tau betapa sering aku memakimu? Menyebutmu bodoh..sekarang
aku bahkan tertawa karena aku jauh lebih bodoh. Hingga akhirnya aku putuskan
untuk berdamai saja dengan semuanya. Aku rasa itu akan memperpendek masalah. Aku
hanya perlu menerima dan membiarkan semuanya berjalan apa adanya. Kan?
Kesendirian adalah guru yang mengajarkanku tentang arti
sebuah ikatan. Entah sesederhana apapun ikatan itu jika aku tak bisa
mengalahkan keegoisanku maka kesendirian adalah tempat yang mau tak mau harus
aku tuju. Dari sini aku memahami satu hal bahwa setiap orang memiliki alasan
untuk bertindak seperti itu, cobalah lihat dan perhatikan baik-baik. Pikirkan
perasaan orang lain sebelum menghakiminya. Mungkin aku terluka oleh sikapmu
tapi aku rasa jika aku yang ada di posisi itu aku akan melakukan hal yang sama.
Saat aku benar-benar sendiri setiap malam aku mencari alasan kenapa kamu melakukan
ini. Kamu memberiku jawaban lewat kediaman.
Kediaman adalah pelarian yang sempurna ketika aku telah merasa
sendiri. Aku bisa mengartikan banyak hal melalui kediaman akankah itu positif
atau negatif, semua tergantung apa yang aku pikirkan dan aku yakini. Kali ini
logika dan hati harus bekerja keras untuk menemukan makna yang sesungguhnya. Entahlah aku selalu merasa aku tak pantas
menjadi seorang pendiam. Tapi kamu memberiku jawaban melalui sebuah kediaman. Jadi
aku harus mengorbankan sedikit waktuku untuk berada dalam kediaman itu. Kamu benar-benar
ingin agar aku mempercayaimu bukan? Agar aku bertindak sesuai keinginanku tanpa
terpengaruh janji yang belum tentu bisa kamu penuhi. Kamu ingin melihat seperti
apa reaksiku agar kamu tau seberapa kuatnya aku bertahan, Seberapa seriuskah
aku akan ucapanku. Apa aku salah? Kamu benar-benar licik. Caramu mendewasakanku
sungguh menyebalkan . Tapi itulah yang membuatku belajar satu hal lagi bahwa
kediaman saja bisa menipu sedemikian rupa memberikan prasangka yang luar biasa
dan membangkitkan musuh abadi dalam setiap ikatan yaitu salah paham. Kalau aku
bahkan tak bisa mengerti dan memahami apa keyakinanku sendiri maka aku juga
takkan bisa memahami arti kediamanmu dan berujung dengan salah paham. Kamu benar-benar
mengajariku dengan serius Tuan. Seberapa inginnya kamu menjadikanku sesuai
kriteriamu?
Kebekuan adalah hasil dari kesendirian dan kediaman yang
benar-benar telah menemui titik putus asa. Sendiri dan hanya ditemani kediaman,
kamu pikir apa yang akan terjadi? Tentu saja semuanya akan menjadi beku. Jiwa,
hati bahkan pikiran. Hampa. Aku pernah
berada di titik ini, terdengar sedikit gila mungkin. Apa aku begitu frustasi
karena ulahmu Tuan? Ya kurang lebih seperti itu. Aku benar-benar kecewa atau
marah atau sakit entahlah. Dan aku tak tau harus menyalahkan diriku sendiri atau
kamu. Tapi kebekuanku berakhir ketika mentari kembali bersinar. Karena aku
memiliki senjata bernama sahabat. Aku rasa kamu meyakini bahwa senjataku itu
mampu membantuku keluar dari kebekuan itu bahkan membantu ku untuk memahami
tiga hal ini. Jadi kamu tak benar-benar mengurungku dalam kebekuan ya? Terimakasih
untuk itu. Terima kasih untuk membuatku lebih menghargai dan mencintai
orang-orang terdekatku.
Kurang lebihnya seperti itulah, ya siapapun berhak protes
termasuk kamu Tuan. Ini hanya sebatas pemahaman pribadiku saja, hanya dari
sudut pandangku saja. Kalian punya pemahan lain? Tentu saja. Setiap orang punya
sudut pemahamannya sendiri. Untuk itulah adanya hati agar setidaknya kita bisa
memaklumi sudut pemahaman orang lain dan menerimanya menjadi bagian dari mekanisme
kehidupan kita, agar setidaknya logika kita yangegois ini bisa sedikit
terkendali. Selamat pagi. Selamat tidur :p
0 komentar:
Posting Komentar