Namaku
Bintang, aku mencintai hujan dan saat ini di luar hujan turun dengan damainya. Andai
aku masih kanak-kanak maka aku saat ini ada di bawah guyurannya, sayangnya aku
sudah cukup umur untuk dianggap gila hujan-hujanan malam-malam begini. Hujan selalu
mendamaikan, setidaknya untukku. Aku hanya remaja biasa sama seperti kalian.
Mungkin remaja yang cukup beruntung, yah setidaknya itu menurutku. Keluargaku
benar-benar keluarga yang biasa tidak kaya tapi tidak terlalu miskin. Aku
tumbuh di sebuah kota, bukan kota besar memang tetapi cukup layak untuk disebut
kota di wilayahku tentunya. Aku tumbuh layaknya remaja biasa, bermain,
bercanda, tertawa, menangis, bertengkar dan tentu saja aku juga merasakannya.
Sebuah kegilaan kecil yang menjadi bagian penting dalam ceritaku ini yaitu
cinta.
Kegilaan
kecil yang pada akhirnya menjadi kenangan terindah dalam hidupku, kamu. Awalnya
tentu saja aku tak pernah mempedulikannya. Semua sama saja, semua teman dan
habis perkara. Selalu sesimple itu pikiranku, tapi sayangnya pikiran mereka tak
sesimple pikiranku. Dan mau ngga mau aku harus sedikit merubah pola pikirku.
Dunia maya
adalah awal mula penghubung aku dan kamu, yah itu sekitar tahun 2009 saat aku
dan kamu sama-sama masih remaja. Aku tak berharap lebih dari perkenalan singkat
di dunia maya itu. Ya karena sekali lagi pikiranku masih sesimple “aku hanya
menganggapmu teman jadi kamupun harus hanya menganggapku teman”. Cinta? Aku
sama sekali belum memikirkannya. Aku masih hafal nomer Hpmu yang kamu kasih
saat itu. Walaupun udah ngga aktif tentunya. Hubungan kita tak jauh berkembang,
hanya saling menyapa lewat sms dan itu juga kalau sempat.
Tapi takdir
berkata lain, ada satu moment yang sama-sama aku dan kamu ikuti, ya itu pertama
kali aku bertemu langsung denganmu. Cinta pada pandangan pertama? Aku tak
pernah mempercayainya hingga saat ini. Sekali lagi kita hanya teman, iya kan?
Atau aku salah? Aku terlalu cerewet dan memang itu bawaan dari lahir dan kamu
entah pemalu atau pendiam atau entahlah. Aku belum mengenalmu jadi aku hanya
bisa menebak seperti apa sifatmu. Moment yang panjang dan melelahkan kita lalui
bersama, tanpa saling sapa tentunya karena moment itu benar-benar bukan moment
yang pas untuk saling mengenal. Aku lupa-lupa ingat tapi kamu bilang saat akhir
moment itu, aku memanggilmu dan tersenyum padamu. Terlalu di dramatisir kali
ya, kamu bilang senyumku manis. Duh cukup dengan kealayan masa remajaku.
Hubungan kita
berjalan lancar ya selayaknya teman biasa, menyapa lewat sms yah masa-masa PDKT
katanya. Dan entah ceritanya itu gimana, aku dan kamu jadian. Masih ada satu
sms mu dari tahun 2010 yang masih aku simpan di Hpku. Entahlah aku hanya tak
ingin menghapusnya. Pacaran ? aku rasa aku hanya asal menjawab iya saat itu,
aku rasa aku sama sekali belum paham apa itu cinta. Jadi yang ada, hubungan
antara sesudah dan sebelum kata jadian itupun sama. Ngga ada jalan bareng, ngga
ada pulang bareng, ngga ada ketemu apalagi malem mingguan. Nothing! Aku menolak
semua ajakanmu, semua tawaranmu. Entah apa yang aku pikirkan, yah hanya saja menurutku
malu rasanya. Sampai hubungan kita berakhirpun aku belum pernah jalan bareng
sama kamu. Maaf untuk itu, aku hanya masih polos :p
Aku membuat
kesalahan yang besar yah setidaknya itu menurutmu. Menurutmu aku selingkuh,
menurutku aku cuma main bareng sama temen cowokku dan ngga pamitan sama kamu.
Aku ngga pernah ada niatan buat selingkuh, jalan bareng sama kamu aja ngga mau
ngapain selingkuh coba? Mikir ulang deh tuh :p ya tapi aku akui aku salah, dan
pantas kalau kamu cemburu. Dan intinya hubungan kita berakhir, atau justru
berkembang?
Setelah
hubungan itu hancur, justru aku dan kamu semakin dekat walaupun lebih banyak
berantemnya. Tapi aku mau diajak jalan sama kamu, perama kali kita main bareng
11 Juli 2010. Kamu mungkin lupa tapi aku ngga, kenapa? Yah hanya saja menurutku
aku perlu mengingatnya. Seharian kita main dan sayangnya seperti biasa sehabis
nyenengin aku kamu pasti bikin aku nangis. Tapi aku merindukan semua itu,
merindukan masa remaja kita. Merindukan saat-saat berantem yang seharusnya ngga
perlu sama sekali.
Setelah itu
banyak hal yang terjadi, aku sibuk dengan duniaku dan kamu juga sibuk dengan
duniamu. Aku sibuk dengan cintaku yang lain dan kamu juga. Masa-masa remaja
yang indah bukan? Hanya sesekali lewat dunia maya kita saling menyapa, hubungan
kita berakhir tapi tidak pertemanan kita. Setidaknya itu yang aku pikirkan.
Hingga
kelulusan sekolah menengah kita, aku tak pernah terpikirkan bahwa kamu akan
kembali menjadi bagian dari ceritaku. Tapi takdir berkata lain, akhir sekolah
akhir masa remaja kamu kembali dalam hidupku. Kita hanya mengulang siklus kita
yang dulu, kalau kamu tak membuatku menangis itu bukan kamu. Ada saja hal yang
kita permasalahkan, dan aku terlalu cengeng untuk tidak meneteskan air mata.
Sejak kapan aku cengeng? Ah ya aku rasa sejak aku mengenalmu dulu. Menyebalkan,
tapi saat ini masa-masa singkat itu yang benar-benar aku rindukan. Tapi semua
telah berlalu. Aku membuat pilihan yang salah atau lebih tepatnya dilihat dari
cara pandangmu aku membuat kesalahan. Dan itu membuat masa-masa itu menjadi
singkat. Kesalahanku mengakhiri semuanya bahkan pertemanan kita sekalipun. Kamu
menjadi orang yang berbeda. Dingin. Dan tentunya akulah orang yang harus
bertanggung jawab bukan? Maaf dariku tak akan mengembalikan apapun, aku tau
itu.
Kamu mungkin
tak akan lagi mempercayaiku, tapi entahlah aku hanya ingin sedikit lebih lama
bertahan dengan semua ini. Sifatmu yang dingin dan lain sebagainya, setidaknya
selama aku bertahan aku tau bahwa aku masih menyayangimu. Aku tak tau takdir
apa yang ada di depan sana. Akankah aku masih bisa menulis cerita kita esok
hari? Atau aku hanya akan jadi kenangan esok hari ? siapa yang tau.. setidaknya
sebelum aku menjadi kenangan aku ingin mengenangmu lebih lama, tertawa
seperti orang idiot saat mengenang kegilaan kita dan menangis lebih lama saat
aku merasa tersakiti atau bahkan menyakitimu. Setidaknya sebelum aku menjadi
kenangan aku masih bisa mengenang ini semua. Aku hanya mampu berdoa lebih lama
di setiap sujudku, menangis lebih deras. Entah karena berakhirnya hubungan kita
atau karena kita telah salah mengawali semuanya. Aku tau dan kamu juga tau dan
pasti semua remaja di dunia ini tau bahwa untuk kita, untuk agama kita hubungan
ini tak seharusnya ada. Tapi sungguh di sisi lain aku menangis dalam penyesalan
tapi di sisi lain aku berterima kasih atas semua kenangan ini. Aku ingin
menunggumu lebih lama.. tapi apa takdir akan berkata seperti itu ? ahh
setidaknya bisakah kamu menjadikanku sebuah kenangan? Bukan untuk menghantui
hari-harimu tapi setidaknya bahwa seorang Bintang pernah ada di hatimu di dalam
hidupmu. Aku tak akan pernah melupakan kalimat saktimu ini “kamu tau, aku masih sayang sama kamu.. rasa
sayangku tak pernah habis. Rasa sayangku ibarat air laut, terkadang ia pasang
dan terkadang ia surut. Namun tak pernah kering”. Nice, Terima kasih telah
menunjukanku sebuah pelangi yang indah di senja itu di pantai itu bersama
gerimis.
Terima kasih
pernah menyayangiku.. terima kasih pernah menjadi bagian dari hidupku.
Tapi
sejujurnya aku benar-benar merindukan kita yang dulu.. I miss the old you, Rain :’)
0 komentar:
Posting Komentar