Zeni D Ningrum

Change your words you will change your world !



Namaku Bintang, aku mencintai hujan dan saat ini di luar hujan turun dengan damainya. Andai aku masih kanak-kanak maka aku saat ini ada di bawah guyurannya, sayangnya aku sudah cukup umur untuk dianggap gila hujan-hujanan malam-malam begini. Hujan selalu mendamaikan, setidaknya untukku. Aku hanya remaja biasa sama seperti kalian. Mungkin remaja yang cukup beruntung, yah setidaknya itu menurutku. Keluargaku benar-benar keluarga yang biasa tidak kaya tapi tidak terlalu miskin. Aku tumbuh di sebuah kota, bukan kota besar memang tetapi cukup layak untuk disebut kota di wilayahku tentunya. Aku tumbuh layaknya remaja biasa, bermain, bercanda, tertawa, menangis, bertengkar dan tentu saja aku juga merasakannya. Sebuah kegilaan kecil yang menjadi bagian penting dalam ceritaku ini yaitu cinta.
Kegilaan kecil yang pada akhirnya menjadi kenangan terindah dalam hidupku, kamu. Awalnya tentu saja aku tak pernah mempedulikannya. Semua sama saja, semua teman dan habis perkara. Selalu sesimple itu pikiranku, tapi sayangnya pikiran mereka tak sesimple pikiranku. Dan mau ngga mau aku harus sedikit merubah pola pikirku.
Dunia maya adalah awal mula penghubung aku dan kamu, yah itu sekitar tahun 2009 saat aku dan kamu sama-sama masih remaja. Aku tak berharap lebih dari perkenalan singkat di dunia maya itu. Ya karena sekali lagi pikiranku masih sesimple “aku hanya menganggapmu teman jadi kamupun harus hanya menganggapku teman”. Cinta? Aku sama sekali belum memikirkannya. Aku masih hafal nomer Hpmu yang kamu kasih saat itu. Walaupun udah ngga aktif tentunya. Hubungan kita tak jauh berkembang, hanya saling menyapa lewat sms dan itu juga kalau sempat.
Tapi takdir berkata lain, ada satu moment yang sama-sama aku dan kamu ikuti, ya itu pertama kali aku bertemu langsung denganmu. Cinta pada pandangan pertama? Aku tak pernah mempercayainya hingga saat ini. Sekali lagi kita hanya teman, iya kan? Atau aku salah? Aku terlalu cerewet dan memang itu bawaan dari lahir dan kamu entah pemalu atau pendiam atau entahlah. Aku belum mengenalmu jadi aku hanya bisa menebak seperti apa sifatmu. Moment yang panjang dan melelahkan kita lalui bersama, tanpa saling sapa tentunya karena moment itu benar-benar bukan moment yang pas untuk saling mengenal. Aku lupa-lupa ingat tapi kamu bilang saat akhir moment itu, aku memanggilmu dan tersenyum padamu. Terlalu di dramatisir kali ya, kamu bilang senyumku manis. Duh cukup dengan kealayan masa remajaku.
Hubungan kita berjalan lancar ya selayaknya teman biasa, menyapa lewat sms yah masa-masa PDKT katanya. Dan entah ceritanya itu gimana, aku dan kamu jadian. Masih ada satu sms mu dari tahun 2010 yang masih aku simpan di Hpku. Entahlah aku hanya tak ingin menghapusnya. Pacaran ? aku rasa aku hanya asal menjawab iya saat itu, aku rasa aku sama sekali belum paham apa itu cinta. Jadi yang ada, hubungan antara sesudah dan sebelum kata jadian itupun sama. Ngga ada jalan bareng, ngga ada pulang bareng, ngga ada ketemu apalagi malem mingguan. Nothing! Aku menolak semua ajakanmu, semua tawaranmu. Entah apa yang aku pikirkan, yah hanya saja menurutku malu rasanya. Sampai hubungan kita berakhirpun aku belum pernah jalan bareng sama kamu. Maaf untuk itu, aku hanya masih polos :p
Aku membuat kesalahan yang besar yah setidaknya itu menurutmu. Menurutmu aku selingkuh, menurutku aku cuma main bareng sama temen cowokku dan ngga pamitan sama kamu. Aku ngga pernah ada niatan buat selingkuh, jalan bareng sama kamu aja ngga mau ngapain selingkuh coba? Mikir ulang deh tuh :p ya tapi aku akui aku salah, dan pantas kalau kamu cemburu. Dan intinya hubungan kita berakhir, atau justru berkembang?
Setelah hubungan itu hancur, justru aku dan kamu semakin dekat walaupun lebih banyak berantemnya. Tapi aku mau diajak jalan sama kamu, perama kali kita main bareng 11 Juli 2010. Kamu mungkin lupa tapi aku ngga, kenapa? Yah hanya saja menurutku aku perlu mengingatnya. Seharian kita main dan sayangnya seperti biasa sehabis nyenengin aku kamu pasti bikin aku nangis. Tapi aku merindukan semua itu, merindukan masa remaja kita. Merindukan saat-saat berantem yang seharusnya ngga perlu sama sekali.
Setelah itu banyak hal yang terjadi, aku sibuk dengan duniaku dan kamu juga sibuk dengan duniamu. Aku sibuk dengan cintaku yang lain dan kamu juga. Masa-masa remaja yang indah bukan? Hanya sesekali lewat dunia maya kita saling menyapa, hubungan kita berakhir tapi tidak pertemanan kita. Setidaknya itu yang aku pikirkan.
Hingga kelulusan sekolah menengah kita, aku tak pernah terpikirkan bahwa kamu akan kembali menjadi bagian dari ceritaku. Tapi takdir berkata lain, akhir sekolah akhir masa remaja kamu kembali dalam hidupku. Kita hanya mengulang siklus kita yang dulu, kalau kamu tak membuatku menangis itu bukan kamu. Ada saja hal yang kita permasalahkan, dan aku terlalu cengeng untuk tidak meneteskan air mata. Sejak kapan aku cengeng? Ah ya aku rasa sejak aku mengenalmu dulu. Menyebalkan, tapi saat ini masa-masa singkat itu yang benar-benar aku rindukan. Tapi semua telah berlalu. Aku membuat pilihan yang salah atau lebih tepatnya dilihat dari cara pandangmu aku membuat kesalahan. Dan itu membuat masa-masa itu menjadi singkat. Kesalahanku mengakhiri semuanya bahkan pertemanan kita sekalipun. Kamu menjadi orang yang berbeda. Dingin. Dan tentunya akulah orang yang harus bertanggung jawab bukan? Maaf dariku tak akan mengembalikan apapun, aku tau itu.
Kamu mungkin tak akan lagi mempercayaiku, tapi entahlah aku hanya ingin sedikit lebih lama bertahan dengan semua ini. Sifatmu yang dingin dan lain sebagainya, setidaknya selama aku bertahan aku tau bahwa aku masih menyayangimu. Aku tak tau takdir apa yang ada di depan sana. Akankah aku masih bisa menulis cerita kita esok hari? Atau aku hanya akan jadi kenangan esok hari ? siapa yang tau.. setidaknya sebelum aku menjadi kenangan aku ingin mengenangmu lebih lama, tertawa seperti orang idiot saat mengenang kegilaan kita dan menangis lebih lama saat aku merasa tersakiti atau bahkan menyakitimu. Setidaknya sebelum aku menjadi kenangan aku masih bisa mengenang ini semua. Aku hanya mampu berdoa lebih lama di setiap sujudku, menangis lebih deras. Entah karena berakhirnya hubungan kita atau karena kita telah salah mengawali semuanya. Aku tau dan kamu juga tau dan pasti semua remaja di dunia ini tau bahwa untuk kita, untuk agama kita hubungan ini tak seharusnya ada. Tapi sungguh di sisi lain aku menangis dalam penyesalan tapi di sisi lain aku berterima kasih atas semua kenangan ini. Aku ingin menunggumu lebih lama.. tapi apa takdir akan berkata seperti itu ? ahh setidaknya bisakah kamu menjadikanku sebuah kenangan? Bukan untuk menghantui hari-harimu tapi setidaknya bahwa seorang Bintang pernah ada di hatimu di dalam hidupmu. Aku tak akan pernah melupakan kalimat saktimu ini  “kamu tau, aku masih sayang sama kamu.. rasa sayangku tak pernah habis. Rasa sayangku ibarat air laut, terkadang ia pasang dan terkadang ia surut. Namun tak pernah kering”. Nice, Terima kasih telah menunjukanku sebuah pelangi yang indah di senja itu di pantai itu bersama gerimis.
Terima kasih pernah menyayangiku.. terima kasih pernah menjadi bagian dari hidupku.
Tapi sejujurnya aku benar-benar merindukan kita yang dulu..  I miss the old you, Rain :’)

0 komentar:

Posting Komentar