Zeni D Ningrum

Change your words you will change your world !



Selamat pagi Februari, selamat pagi embun, dan selamat pagi kamu..
Apa tidurmu semalam nyenyak ? itu selalu menjadi rutinitasku tiap pagi, menyapa mereka yang aku sayangi.
Aku terbiasa dengan embun tebal, bahkan lebih tebal dari pagi ini.  Aku menyayanginya, melihatnya seolah melihat sebuah harapan baru. Walaupun hanya tetes-tetes lembut yang bahkan tak terasa walaupun adakalanya ia terasa, seperti halnya harapan kadang ia terasa hingga membuat kita lupa dan berharap terlalu jauh hingga akhirnya jatuh dan terluka namun kadang kala kita tidak merasakannya walaupun sejatinya harapan itu selalu ada bagi setiap mereka yang hidup dan tentunya percaya. Harapan yang sesungguhnya bagiku dan bagi dunia nyataku adalah setipis embun, halus, dan kadang kala memang terasa tapi seringkali tidak.
Aku tumbuh di alam bebas, aku mencintai alam. Sangat indah saat pagi hari mendengar riuhnya kicau burung di atas sana. Saat mentari beranjak naik orang-orang akan sibuk dengan aktifitasnya, para ayah berladang dan ibu-ibu itu sibuk dengan obrolan mereka di pinggiran sungai. Tapi itu dulu, saat aku masih kecil, duduk di pematang dan melihat para petani mengusir burung-burung nakal. Berlarian di pematang demi menangkap capung-capung yang seharusnya tak aku lakukan. Tapi aku masih terlalu kecil saat itu, terlalu kecil untuk mengerti arti bahwa hewan itupun menginginkan kebebasan.
Tapi semuanya sekarang telah berubah, bahkan tempat bermainku pun tak lagi sama. Bahkan aku bisa menulis seperti ini yang dulu tak mungkin bisa aku lakukan. Dulu sejauh mata memandang, sejauh jalan yang kutempuh antara rumah dan sekolah dasarku, padi-padi dan rumput ilalang menghiasi menghijau atau bahkan sudah menguning dan siap memberi kebahagiaan. Tapi sekarang sejauh yang bisa aku lihat gedung-gedung itu yang menjadi penghias di sepanjang perjalanan ku menuntut ilmu.
Sebenarnya dunia kita menuju kehidupan yang lebih baik atau menuju kebobrokan yang lebih nyata, semua serba gampang dan cepat. Aku sendiri pun tak perlu berjalan kaki untuk pergi menunutut ilmu, yang dulu selalu menjadi rutinitasku. Tapi apa itu benar-benar sebuah kemajuan? aku dulu belajar dari alam, belajar untuk bisa mencintai mereka seperti mereka memberi kebahagiaan untukku. Aku merindukan tempat bermain dulu. Semua alat bermain canggih dan modern yang ada saat ini, apa itu benar-benar memberi mereka pemahaman yang jauh lebih baik daripada aku? Alat bermainku dan mungkin teman-teman yang sekarang seusia denganku adalah hanya alat-alat kuno, tak perlu mengeluarkan biaya untuk memperolehnya. Alam menyediakannya gratis untuk putra-putrinya. Aku merindukan masa-masa itu. Boneka sawah, gubug sawah, lumpur-lumpur itu, ahh semuanya telah berubah. Kehidupan yang katanya menuju ke arah yang lebih baik, kehidupan yang katanya menuju ke arah modern senyatanya hanya pengrusakan alam dalam skala besar. Untuk apa semua fasilitas dan kemajuan tatanan kota kalau masyarakatnya tidak diajari untuk mencintainya?
Aku memang ikut menikmati perkembangan jaman ini, ikut menikmati fasilitas dan semua alat modern yang ada. Tapi apa orang-orang di desa, orang-orang yang tak bisa meninggalkan desa yang hanya bergantung dengan alam dan tak memahami fasilitas modern ini bahagia? Kemajuan itu apa hanya untuk kita kaum intelek? Lalu bagaimana nasib mereka? Aku harus menemukan solusinya? Aku rasa memang kita yang harus menemukan solusinya. Semua berubah dan kita harus menjadi bagian dari perubahan itu. Tengoklah sebentar dunia nyata kalian, tempat dulu kalian bermain, tengoklah tetangga kalian yang tak seberuntung kalian, tengoklah sebentar dan pahamilah bahwa kemajuan dan kemakmuran harusnya mengikutsertakan mereka bukan hanya orang-orang berdasi dan bersepatu kinclong yang menggunakan mobil-mobil mewah. Gerobag-gerobag sapi itu juga bagian dari negara ini, alam juga bagian dari negara ini. Bisakah kita tak menyia-nyiakan pengorbanannya? Pertanyaaan untuk diriku sendiri dan untuk kita.
Akan seperti apa aku tumbuh? Akan menjadi apa aku nanti? Bisakah aku menjadi agen perubahan yang nyata bukan hanya lewat tulisan ini? Aku hanya harus tetap maju dan  membuktikannya bukan? Kita akan lihat seperti apa aku nanti, dan semoga tulisan yang aku buat sendiri ini menjadi pengingat apa yang seharusnya aku lakukan, kita lakukan. Dan kamu, dimanapun kamu selamat pagiku selalu tertuju untuk kamu, hanya setipis embun dan sehalus hembusan angin. Hanya sebatas itu memang tapi aku percaya suatu saat kamu akan mendengarnya. Sekarang jalankan misimu Tuan, hingga kita memang pantas meraih kemenangan. Seperti sebuah kata ajaib milik sahabatku “Aku lebih suka memendam rasa, karena aku mengharap akhir yang istimewa”. Kamu akan, kita akan.
Happy Saturday.. Welcome to my life Februari...

0 komentar:

Posting Komentar