Kamu
bercerita padaku tentang sebuah pembelajaran yang sempurna, tentang segala kata
yang hanya kelu di lidah tanpa pernah sempat untuk terucap dan semua rasa yang
hanya bisa dibisikkan pada angin dan
berharap akan sampai padanya.
Bagiku
waktu adalah bagian dari pembelajaran sempurna yang kamu ceritakan padaku, dia
memberiku sebuah masa lalu yang penuh kenangan yang bahkan mungkin takkan
pernah bisa aku lupakan. Waktu memberiku sebuah kesempatan atas segala
kesalahan yang pernah aku lakukan, dia memberiku sebuah penyesalan dan
menawarkan sebuah pilihan “tetaplah dalam penyesalan atau berdamai dan menjadi
seorang yang lebih baik”. Waktu selalu berbaik hati, dia menawarkan sebuah
harapan yang aku sebut masa depan.
Dan pada
akhirnya waktu jugalah yang akan mengungkap jawaban atas seperti apa masa depan
kita nanti. Dia akan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang seringkali mengusik
hati dan pikiran ini. Walaupun sejatinya dia bukan penentu, dia hanya penjelas.
Dia mengubah garis kasar sketsa masa depan yang telah kita goreskan tanpa sadar
menjadi sebuah warna dan garis tegas yang mampu ditafsirkan oleh logika kita.
Waktu
selalu memberikan kita begitu banyak kejutan, bukan? dia memberiku hadiah lewat
sebuah pertemuan. sebuah pertemuan yang sebelumnya tak pernah terlintas sama
sekali. Sebuah pertemuan yang menghadirkan simpul-simpul baru, membentuk sebuah
ikatan yang bahkan terkadang tak kita sadari karena waktu merajutnya dengan
begitu rapi.
Seperti
apa wujud sebuah “waktu” yang begitu hebat itu? Abstrak.. logika kita tak akan
mampu untuk menafsirkannya. Waktu hanyalah sebuah ruang imaji yang tak
menghadirkan sosok nyata tapi dia mampu merubah segalanya bahkan perasaan
seseorang.
Betapa
tidak? Sekeras-kerasnya batu ketika dia termakan oleh usia, seiring berjalannya
waktu batu itu akan mengalami pelapukan, keras berubah menjadi lunak. Apalagi
hati kita, yang notabenenya tak mungkin sekeras batu. Waktu pasti akan
meluluhkannya.
Katamu,
biarlah waktu yang mengajarkan kita untuk tetap ikhlas.
Tapi
waktu tak akan pernah mengajarkan kita sebuah keikhlasan ketika kita sendiri
tak pernah berjuang untuk mengikhlaskan. Ketika kita sibuk untuk tetap mengais
puing-puing masa lalu, memaksa waktu untuk mundur tak akan ada keikhlasan yang bisa ditemukan. Waktu
memang mengajarkan kita, tetapi KITA adalah penentu. Akankah kita mau mengikuti
apa yang ia ajarkan atau mengabaikannya dan terpuruk dalam penyesalan dan
keputus asaan.
Seperti
apa sang waktu akan menuntun ku? Seperti apa sang waktu akan merajut kisah
hidup ku? Entahlah..biarlah mengalir apa adanya. Yang aku tau aku bersyukur
untuk saat ini, untuk kisah ku. Untuk semua yang menghiasi hidupku sampai pada
saat ini.
0 komentar:
Posting Komentar