Zeni D Ningrum

Change your words you will change your world !



Kamu bercerita padaku tentang sebuah pembelajaran yang sempurna, tentang segala kata yang hanya kelu di lidah tanpa pernah sempat untuk terucap dan semua rasa yang hanya bisa dibisikkan pada angin  dan berharap akan sampai padanya.
Bagiku waktu adalah bagian dari pembelajaran sempurna yang kamu ceritakan padaku, dia memberiku sebuah masa lalu yang penuh kenangan yang bahkan mungkin takkan pernah bisa aku lupakan. Waktu memberiku sebuah kesempatan atas segala kesalahan yang pernah aku lakukan, dia memberiku sebuah penyesalan dan menawarkan sebuah pilihan “tetaplah dalam penyesalan atau berdamai dan menjadi seorang yang lebih baik”. Waktu selalu berbaik hati, dia menawarkan sebuah harapan yang aku sebut masa depan.
Dan pada akhirnya waktu jugalah yang akan mengungkap jawaban atas seperti apa masa depan kita nanti. Dia akan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang seringkali mengusik hati dan pikiran ini. Walaupun sejatinya dia bukan penentu, dia hanya penjelas. Dia mengubah garis kasar sketsa masa depan yang telah kita goreskan tanpa sadar menjadi sebuah warna dan garis tegas yang mampu ditafsirkan oleh logika kita.
Waktu selalu memberikan kita begitu banyak kejutan, bukan? dia memberiku hadiah lewat sebuah pertemuan. sebuah pertemuan yang sebelumnya tak pernah terlintas sama sekali. Sebuah pertemuan yang menghadirkan simpul-simpul baru, membentuk sebuah ikatan yang bahkan terkadang tak kita sadari karena waktu merajutnya dengan begitu rapi.
Seperti apa wujud sebuah “waktu” yang begitu hebat itu? Abstrak.. logika kita tak akan mampu untuk menafsirkannya. Waktu hanyalah sebuah ruang imaji yang tak menghadirkan sosok nyata tapi dia mampu merubah segalanya bahkan perasaan seseorang.
Betapa tidak? Sekeras-kerasnya batu ketika dia termakan oleh usia, seiring berjalannya waktu batu itu akan mengalami pelapukan, keras berubah menjadi lunak. Apalagi hati kita, yang notabenenya tak mungkin sekeras batu. Waktu pasti akan meluluhkannya.
Katamu, biarlah waktu yang mengajarkan kita untuk tetap ikhlas.
Tapi waktu tak akan pernah mengajarkan kita sebuah keikhlasan ketika kita sendiri tak pernah berjuang untuk mengikhlaskan. Ketika kita sibuk untuk tetap mengais puing-puing masa lalu, memaksa waktu untuk mundur  tak akan ada keikhlasan yang bisa ditemukan. Waktu memang mengajarkan kita, tetapi KITA adalah penentu. Akankah kita mau mengikuti apa yang ia ajarkan atau mengabaikannya dan terpuruk dalam penyesalan dan keputus asaan.
Seperti apa sang waktu akan menuntun ku? Seperti apa sang waktu akan merajut kisah hidup ku? Entahlah..biarlah mengalir apa adanya. Yang aku tau aku bersyukur untuk saat ini, untuk kisah ku. Untuk semua yang menghiasi hidupku sampai pada saat ini.